Kamis, 06 Juni 2013



TANAHKU SURGAKU

Sebuah pulau kecil yang berada di sebelah timur  pulau Madura dan sebelah utara pulau Bali, berdirilah pulau kecil nan mungil yaitu pulau Pagerungan Kecil kecamatan Sapeken. Disitulah aku di lahirkan dan merasakan kehidupan pertama kali di dunia, sungguh suatu kenikmatan luar biasa yang dapat aku rasakan dalam menjalani kehidupanku sehari-hari di pulau tersebut.
Satu hal paling menarik di pulau Pagerungan Kecil yang tidak bisa di lupakan ialah wisata pantainya, karena memiliki pantai yang berpasir putih, ditambah lagi dengan suasana air lautnya yang begitu jernih, sehingga para nelayan begitu bettah dalam mencari ikan. Dan dari lautlah tempat bergantung masayarakat pulau Pagerungan Kecil untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Selain itu, masyarakat pulau pagerungan kecil cukup bangga dengan prestasi yang telah di buatnya yaitu sebuah kapal bernama Samudra Raksa yang berhasil berlayar dari Indonesia hingga Negara Afrika, dan kemudian dibawa kembali ke Indonesia, sampai saat ini kapal tersebut di letakkan di museum Borobudur Yogyakarta. Dalam tahun 2011 terakhir ini masyarakat Pagerungan Kecil kembali menciptakan dua buah kapal untuk dibawa ke Batam guna dijadikan angkutan para wisatawan asing disana. Prestasi ini bukan hanya terdengar di telinga orang dalam negeri saja, tetapi sudah sampai Mancanegara. Karena orang yang memiliki ide pertama kali dalam pembuatan kapal Samudra Raksa  tersebut adalah dari seorang turis asal
Memang segala sesuatu yang berkaitan dengan laut tentunya masyarakat Pagerungan Kecil sudah merasa dekat dan bersahabat. Karena sesuai dengan sejarah yang ada bahwa kami yang bersuku Bajo umunya memang di kenal dengan sebutan anak kapal dan seorang pelaut.

Rabu, 29 Mei 2013



Dharmasiswa Thailand Cinta Bahasa Indonesia
            “Saya senang dan bangga bisa belajar di Indonesia” , itulah yang diungkapkan oleh Abdurrahman, seorang Dharmasiswa asal Thailand yang belajar bahasa Indonesia  di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Awal mula dia bisa sampai dan belajar di Indonesia ialah dari ajakan temannya, dan kebetulan dia begitu tertarik dan ingin mempelajari bahasa Indonesia. “selain belajar bahasa Indonesia secara langsung di negara Indonesia, saya juga bisa mendapatkan pengalaman yang luas”, ungkapnya. Karena menurut Dharmasiswa dari Thailand tersebut, Indonesia memiliki banyak tempat-tempat wisata yang indah, dan baginya itu adalah suatu hal yang sangat menarik.
            Kita sebagai warga Indonesia yang asli seharusnya bangga, karena orang asing saja menyukai bahasa dan negara kita Indonesia, kenapa kita sendiri malah membanggakan negara lain? Terutama dari segi bahasa. Anak muda sekarang sudah terhipnotis dengan negara-negara barat, sehingga apa yang sudah menjadi ciri khas dan jati diri kita seolah terpinggirkan. Seperti contohnya bahasa Indonesia yang menjadi diri kita telah terpinggirkan oleh bahasa asing, dengan alasan lebih mengutamakan tre/gaya hidup.
Abdurrahaman sendiri  pun ingin melanjutkan studi S2 di UM Surabaya untuk belajar bahasa Indonesia , karena waktu yang hanya satu tahun di rasanya itu adalah waktu yang sangat singkat untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Sabtu, 30 Maret 2013

kumpulan sajakku


Maulana Ishaq Dalam coretan pena


Sepi

Tak tahu sepi,
ada relung terus merenung.
Sebab,
Bahasa diam
mendengar kabar dari sabar.
Dan
Detak-detik jam
Adalah jantung dari alam.





Sajakku berlabuh dalam perahumu

Di atas batu karang
itulah tubuhmu terlukis menjulang
entah kapan kau datang,
disini kami menunggumu siang
pun malang?
Oh, tak pernah kudengar jejakmu diberanda
Kalaupun malam telah sembunyi dibalik awan,
masih saja kau keluyupan.
Katamu :
“Aku akan hilang dibalik teduhnya awan,
sebab itulah hidupku”
Dengan sepasang mata
bagai biji saga
kau terus mengayuh dalam teduhnya awan,
hingga menari di atas perutnya laut.
Dan kala kau berlayar pada lorong-lorong malam
tak lagi ranjang yang menemanimu
tapi,
ombak dalam bantalmu.





Sajak ibu

adalah kata yang tak pernah sampai
adalah hidup yang pasti usai
            masih saja kau bumbui aku
            dengan sedap kopyor susumu
            lantaran kau tak pernah mengadu,
            sebab bahasa cinta selalu kau eja.
adalah waktu yang tak pernah henti
adalah alam yang tak pernah lari
            terus saja kau mengayuh
            pada pelarian matahari
            sekedar ajari aku maknai hidup
            bagai warna catur
            yang tak teratur.
Dan
Jika aku ditanya tentang pahlawan
maka namamulah yang kusebut
pada paragraf awal
IBU…….
sebab setetes pena
sempat mengejamu.





Tentang Aku, Kau, dan Dia

Kutulis dalam sajak-sajak yang lusuh
tentang aku, kau, dan dia
berbaur menjadi satu.

Masihkah kau ingat?
Kala kau menangis tersedu dalam peradu
lalu ku nyanyikan kau sebuah lagu

sambil bergoyang, membuatmu terpaku pilu
dan tak ada lagi rona merah di pipimu.

Dik, jika kau besar nanti
jangan biarkan sajak-sajak itu lusuh
siramilah dia dengan secangkir tinta
yang selalu kau iringi dengan cinta
agar dia teteap subur penuh makna
lalu tulislah tentang aku, kau, dan dia.